akulturasi budaya jawa, china dan islam dalam kehidupan sosial budaya masyarakat kota lasem

 Lasem merupakan sebuah kota yang terletak di salah satu kecamatan kecil yang ada di wilayah pesisir pantai Laut Utara Jawa dan secara administratif masuk ke dalam wilayah kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Kota Lasem terletak 13 km ke arah timur dan pusat kota Rembang dengan luas wilayah 45 km2. Secara geografis kota Lasem memiliki batas-batas wilayah yaitu di sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, di sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan Pancur, di sebelah timur berbatasan dengan kecamatan Sluke, dan di sebelah barat berbatasan dengan kecamatan Rembang.

       Sama halnya dengan daerah lain yang sedang berkembang menjadi lebih dewasa ini, kota Lasem juga tak luput dari pembangunan dan penataan ruang kota oleh pemerintah setempat mengikuti perkembangan zaman. Hal ini tampak dari denyut-denyut pelan pembangunan yang tampak mengiringi setiap gerak di salah satu kota kecil di Jawa Tengah tersebut. Meskipun demikian, kota Lasem terkenal memiliki nilai-nilai sejarah yang sangat tinggi. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya bangunan usang yang sudah compang-camping atau tinggal puingnya saja karena tergerus oleh zaman dan memiliki gaya arsitektur bernilai seni tinggi yang menghiasi seluruh penjuru kota ini. Bangunan dan gedung-gedung yang indah dan megah di kota ini menjadi bukti bahwa bangunan tersebut pernah mewakili suatu peradaban yang besar pada masanya. Tidak heran jika kota lasem didalamnya terdapat banyak nilai-nilai sejarah kebudayaan pada masa lampau.

       Didalam kota Lasem juga banyak ditemukan berbagai benda peninggalan bersejarah yang masih bisa kita nikmati hingga saat ini seperti lokasi bekas reruntuhan candi, makam perabuan, makam kuno, pemukiman lama, arca, masjid tua, artefak, klenteng tua serta berbagai kesenian dan kebudayaan. Meskipun begitu, banyak benda-benda bersejarah dari kota Lasem yang telah hilang baik dijarah oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab dan demi kepentingan pribadi maupun dikoleksi oleh para kolektor benda purbakala disekitar Lasem. Kenyataan ini disebabkan karena benda-benda tersebut belum sempat diselamatkan di museum kepurbakalaan.

Selain kaya akan benda-benda peninggalannya, kota Lasem juga dikenal sebagai "Tiongkok kecil" karena merupakan kota awal pendaratan orang-orang Tionghoa di tanah Jawa.  Telah kita ketahui bahwa negara Indonesia memiliki letak yang sangat stategis yang berada didalam jalur lintas perdagangan dunia. Secara geografis negara Indonesia diapit oleh dua samudera dan dua benua yaitu benua asia dan benua australia serta samudera hindia dan samudera pasifik. Dengan memiliki letak yang sangat strategis ini, negara Indonesia memiliki keuntungan tersendiri yang harus kita syukuri sebagai anugerah dari tuhan yang tidak tergantikan. Salah satu keuntungan yang didapatkan adalah mudahnya bangsa Indonesia membaur dengan bangsa asing. Sebelum terbentuknya negara Indonesia, pada zaman dahulu wilayah yang ada di nusantara ini masih terpecah belah dan masih dikuasai oleh kerajaan-kerajaan kecil sebagai penguasa setempat. Mereka menjalin hubungan dalam bentuk politik, ekonomi sosial, dan budaya dengan raja-raja diluar negeri seperti kerajaan champa (vietnam), burma (myanmar), china, india, sri lanka, turki, arab dan masih banyak lagi.

    Dari kerjasama itulah banyak pedagang dari kerajaan tersebut yang berlomba-lomba datang ke nusantara. Karena orang-orang pada zaman dahulu masih mengenal teknologi kemaritiman yang sangat sederhana dan masih mengandalkan angin musim untuk berlayar, maka mereka setiap tahun akan singgah dan bermukim di wilayah-wilayah nusantara yang mereka singgahi. Demikian juga seterusnya ada juga pedagang yang memutuskan untuk menetap di wilayah tersebut dan menikahi wanita setempat dan enggan untuk kembali ke kerajaan asalnya. Setelah itu, mereka membangun perkampungan di wilayah nusantara layaknya perkampungan darimana mereka berasal. Dari keadaan inilah adanya akulturasi antara kebudayaan setempat dengan kebudayaan asing terjadi. Selain mendirikan perkampungan mereka juga menyebarkan agama kepercayaannya karena mereka merasa bahwa menyebarkan agama kepada orang lain terutama orang yang belum mengenal agama adalah panggilan hidupnya.

    Kedatangan para pedagang china yang dipelopori oleh Laksamana Cheng Ho (Islam) dari dinasti Ming sekitar abad ke-15 di Semarang khususnya di kota Lasem menunjukkan bahwa peristiwa tersebut mempengaruhi pembauran budaya antara budaya Jawa, China, dan Islam yang berlanjut hingga sekarang. Orang-orang China yang telah menetap di Indonesia pada umumnya berasal dari suku-suku yang berada disebelah tenggara Tiongkok seperti Hakka, Hainan, Hokkian, Kantonis, dan Tiochiu. Mereka banyak mendirikan komunitas-komunitas Tionghoa di kota Lasem. Karena banyaknya imigran dari Tiongkok yang singgah di kota Lasem selama bertahun-tahun, hal ini sontak melahirkan kebudayaan yang baru sebagai hasil dari akulturasi. Kebudayaan ini merupakan inti sari dari adat-istiadat negeri China yang kemudian diadopsi oleh masyarakat setempat menjadi adat-istiadat daerah yang tidak luntur dari budaya Tionghoa itu sendiri. Hal ini dapat terjadi karena adanya komunikasi yang baik antara para penduduk lokal dengan para imigran itu sendiri. Banyak masyarakat lokal beranggapan bahwa para pedagang Tionghoa adalah pedagang yang memiliki jiwa wirausahawan yang tinggi, memiliki karakter yang ulet, terampil dan cekatan serta memiliki pikiran yang cerdas dalam memanfaatkan setiap peluang usaha yang ada sehingga banyak pedagang lokal yang meniru cara berdagang masyarakat Tionghoa.

     Perkembangan masyarakat Tionghoa di Indonesia lama-kelamaan menjadi semakin pesat selain menguasai dalam perdagangan di kota Lasem banyak dari etnis Tionghoa yang telah melakukan perkawinan silang dengan masyarakat setempat mulai terjun dan membangun usaha di bidang konveksi dan seni. Hal ini tentu berpengaruh pada corak kain yang dihasilkan seperti batik yang berubah pesat baik  dari aspek motif ragam hias, pola, maupun warnanya.

     Di kota Lasem, rasa toleransi sangatlah di junjung tinggi. Penduduk asli yang ada di kota Lasem sangat menghormati adat dan istiadat orang-orang Tionghoa begitupun sebaliknya.  Meskipun banyak dari mereka yang berbeda agama, suku, dan ras mereka tetap saling hormat dan menghormati satu sama lain. Sehingga dari perilaku inilah tumbuh rasa kasih sayang dan saling menjaga diantara mereka. 

Hingga sekarang bukti eksistensi akulturasi budaya di kota lasem masih sangatlah terjaga. Hal ini dibuktikan dengan masih adanya beberapa bangunan kuno yang masih dapat kita jumpai hingga sekarang. Beberapa dari bangunan tersebut ada yang masih dapat digunakan hingga sampai saat ini. Adapun bangunan tersebut antara lain:

1. Klenteng Cu An Kiong

       Kelenteng Cu An Kiong atau “Temple of Mercy and Peace” terletak di Jalan Dasun No. 19 di tepi Sungai Babagan Lasem yang mengalir ke arah laut di sebelah utara. Kelenteng ini adalah gabungan dari berbagai jenis bangunan dengan luas total 150 m2. Kelenteng ini merupakan salah satu kelenteng tertua di Pulau Jawa dan  merupakan salah satu klenteng dengan arsitektur menawan. Bagian halaman kelenteng sangat luas dan tertata rapi dengan gapura berwarna merah muda pudar yang dihiasi dua ekor patung singa yang dicat dengan warna kuning serta dua orang jendral yang perkasa. Terdapat tulisan nama kelenteng serta puji-pujian beraksara Cina di atas kolom gerbang. Puji-pujian tersebut diperuntukkan bagi “Tianhou” yaitu

 dewi utama yang dipuja di kelenteng tersebut. (ayuningrum, 2017) 

      sehingga dari keterangan tersebut di atas kita tahu bahwa di kota lasem juga telah ada penganut agama Kong Hu Chu sebagai akibat kontak budaya dengan bangsa China. Mereka membangun Klenteng mirip dengan aslinya seperti yang ada di China. Tetapi para imigran tersebut juga tidak mengabaikan arsitektur yang ada di jawa. Sehingga dalam pembangunannya kedua arsitektur tersebut di satukan dan menghasilkan bangunan yang unik. Arsitektur kelenteng Cu An Kiong dapat disajikan seperti gambar berikut.


Gambar 1. Klenteng Cu An Kiong yang tampak dari depan

2. Masjid Jami’ Lasem

      Agama Islam menang sudah mengakar dalam kehidupan masyarakat kota lasem. Agama islam sendiri masuk ke Kota Lasem diperkirakan pada tahun 1469 Masehi. Pada saat itu, lasem pimpin oleh seorang penguasa yang bernama Adipati Wirabajra yang kemudian masuk Islam setelah kedatangan Sunan Ampel ke Lasem. 

          Masjid Jami’ Lasem adalah salah satu cagar budaya yang unik dan menarik yang wajib untuk dikunjungi jika berada di Jawa Tengah. Masjid ini terletak di Desa Kauman, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Jawa Tengah. Masjid Jami Lasem terletak disebelah jalan raya pantai Utara Jakarta-Surabaya dan Kampung Pecinan. Sebelah Timur kompleks Masjid Jami Lasem berbatasan dengan jalan dan bekas alun-alun. Sedangkan sebelah Selatan dan Barat Kompleks Masjid merupakan daerah Kelurahan Kauman.

          Sejarah berdirinya Masjid Jami’ Lasem  mempunyai keterkaitan dengan sejarah Kota Lasem. Meskipun demikian, masa berdirinya Masjid Jami Lasem sendiri belum dapat diketahui secara pasti hingga saat ini. Namun beberapa prasasti yang ada di Masjid Jami Lasem dapat menjadi data bukti yang bisa dihubungkan dengan masa pendirian ataupun pemugaran masjid. Di dalam ruang utama Masjid Jami’ Lasem terdapat lima prasasti yang berhuruf dan berbahasa arab dan satu prasarti berhuruf dan berbahasa Jawa. Belum dapat diketahui prasasti tersebut berhubungan dengan pendirian ataupun pemugaran masjid, karena prasasti-prasasti tersebut hanya berisikan kalimat toyyibah atau kalimat pujian kepada Allah Swt. Masjid ini juga menyajikan pemandangan yang eksotis yang dapat memanjakan mata bagi para pengunjungnya. Selain itu, masjid ini di bangun dengan perpaduan antara gaya arsitektur jawa kuno, Islam dan china. Hal ini dibuktikan dengan bentuk ujung atapnya yang bergaya arsitektur China yang khas. Sementara kubah Masjid Jami’ Lasem memberikan kesan arsitektur Islam turki yang sangat menonjol. Selain itu, bentuk ruangan dan ukiran di dalam mimbar masjid memberikan kesan arsitektur jawa kuno yang sangat khas. Berdasarkan data yang ada Masjid Jami Lasem pada jaman dulu berperan penting dalam kehidupan sosial politik.

         Dari paparan tentang arsitektur masjid jami’ lasem yang khas di atas dapat kita ketahui dari gambar-gambar berikut ini.


Gambar 2. Salah satu bangunan masjid jami’ Kota Lasem yang memiliki nuansa Tionghoa dalam salah satu struktur bangunannya.


 Gambar 3. Salah satu kubah masjid jami’ Kota Lasem yang mendapat sentuhan arsitektur Islam Turki yang sangat menonjol

Gambar 4. Mimbar masjid jami’ Lasem yang penuh dengan ukiran-ukiran jawa



Gambar 5. Ruangan masjid jami’ lasem yang bernuansa jawa klasik.

demikianlah penjelasan dari saya, jika ada kekurangan saya mohon maaf sebesar-besarnya. semoga bermanfaat



Komentar